Selasa, 13 Juni 2017

Supersemar, PKI, Soeharto dan Sukarno

Supersemar, PKI, Soeharto dan Sukarno
Semua berawal dari Gerakan G 30 S PKI, di mana pada 1 Oktober 1965 dini hari, 6 jenderal senior dan beberapa orang lainnya dibunuh, yang disebut-sebut sebagai upaya kudeta yang dilakukan para pengawal istana (Tjakrabirawa), yang dianggap loyal kepada PKI dan pada saat itu dipimpin Letkol Untung.
Pada saat-saat yang genting sekitar September 1965 muncul isu adanya Dewan Jenderal, yang mengungkapkan adanya beberapa petinggi Angkatan Darat yang tidak puas terhadap Soekarno dan berniat menggulingkan.
Soekarno disebut-sebut memerintahkan pasukan Cakrabirawa, untuk menangkap dan mengadili pihak yang ingin menggulingkanya. Namun hal yang tak terduga terjadi.
Tuduhan terhadap Soekarno ini tidak bisa disalahkan juga, tapi bukan berarti kita meyakini keabsahannya. Karena, Soekarno di masa 1960-an berbeda dengan Soekarno kala 1945. Mari kita sedikit membahas Soekarno.
Semenjak 1959, atau semenjak Soekarno mengeluarkan Dekrit Presiden, Indonesia berubah haluan. Indonesia memang kembali menggunakan UUD 1945, tapi kali ini Indonesia menganut Demokrasi Terpimpin, yang dimana kekuasaan sepenuhnya ada pada Presiden Soekarno.
Semenjak saat itu, hubungan Soekarno dengan pejuang-pejuang kemerdekaan lainnya mulai menjauh, bahkan Hatta sudah memilih mundur dari jabatan wakil presiden sejak 1956, alasannya karena visi mereka tak lagi sama.
Hingga Ketetapan MPRS No.III Tahun 1963 itu lahir. Ketetapan itu berbunyi: “Pemimpin Besar Revolusi Indonesia, yang kini menjabat Presiden Republik
Indonesia, dinyatakan dengan karunia Allah untuk menjadi:
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA SEUMUR HIDUP.”
Diakui atau tidak, Soekarno saat itu makin diktator. Traumanya atas pemberontakan membuatnya harus menghukum mati sahabatnya sendiri, ia begitu trauma akan penggulingan kekuasaan, bahkan ia marah saat Hatta menulis kritik untuk Soekarno melalui Surat Kabar. Kantor Surat Kabar itu dibredel, dihabisi. Soekarno kini berbeda, langkahnya semakin diktator.
Sejarah memang mengatakan seperti itu, jadi bukan tidak mungkin Tuduhan Soekarno yang menugaskan Cakrabirawa untuk menghabisi Dewan Jenderal yang membahayakan posisinya.
Pada akhirnya, Soekarno juga manusia, Mereka juga manusia, pun juga dengan Suharto.
Lalu mengapa tiba-tiba Suharto muncul sebagai “Superhero” dalam sejarah G30SPKI?
Secara pangkat, Suharto memang belum punya wewenang untuk menyelesaikan masalah ini. Saat itu posisi tertinggi dipegang Jend. Ahmad Yani. Namun pasca kejadian Ahmad Yani tidak diketahui keberadaannya (yang ternyata ia menjadi korban G30SPKI). Karena itulah, Suharto mengambil inisiatif untuk melakukan penumpasan. Hal ini disebut berdasarkan kebiasaan yang berlaku di Angkatan Darat, bahwa bila Panglima Angkatan Darat berhalangan hadir, maka Panglima Kostrad yang menjalankan tugasnya.
Kesaktian Supersemar
Pada 11 Maret 1966 pagi, saat tengah menggelar rapat kabinet di Istana Merdeka, Jakarta, Sukarno dikejutkan dengan kehadiran demonstran yang mengepung Istana. Mahasiswa yang berdemo mengajukan Tiga Tuntutan Rakyat atau Tritura: bubarkan PKI, rombak kabinet, dan turunkan harga-harga.
Saat itu pula, sejumlah pasukan Kostrad yang dikerahkan Brigjen Kemal Idris datang mengepung Istana, dengan alasan untuk menangkap Wakil Perdana Menteri Soebandrio yang berlindung di kompleks Istana, atas tudingan terkait PKI.
Komandan Pengawal Istana Tjakrabirawa Brigjen Sabur pun kemudian melaporkan kepada Soekarno, bahwa Istana dikepung “pasukan tidak dikenal” karena tak mengenakan tanda identitas.
Sementara, Soeharto tak ada di Istana untuk mengikuti rapat kabinet, karena alasan sakit. Lantaran tak ada Soeharto yang sepatutnya bertugas untuk membubarkan “pasukan tak dikenal”, Sukarno memutuskan meninggalkan Istana Merdeka dan bertolak ke Istana Bogor.
Disinilah, mulai terjadi keganjalan-keganjalan yang seolah kebetulan. Soekarno begitu paranoid akan upaya pemberontakan, dan berada dibawah tekanan yang memojokkan dirinya (soal tuduhan G30SPKI). Ia sendirian. Tidak saat bersama Hatta. Tidak saat bersama tokoh besar lainnya. Ia sadar ia tak lagi muda, semangatnya tak lagi seperti dulu.
Tiga jenderal yang diyakini diutus Soeharto, kemudian mendatangi Sukarno di Istana Bogor. Mereka, yakni Basoeki Rachmat, Jusuf, dan Amir Machmud. Seperti dimuat laman Intelijen, trio petinggi militer itu meminta Soekarno agar memberikan kewenangan penuh kepada Soeharto, agar mengamankan kondisi negara.
Berdasarkan pengakuan Lettu Sukardjo, pengawal presiden yang berjaga waktu itu, suasana tampak tegang. Antara 3 jenderal dan Sukarno terlibat adu argumen tentang isi surat kewenangan yang akan diberikan kepada Soeharto. Bahkan, Sukardjo mengatakan sempat terjadi todong-todongan senjata antara dirinya dan para jenderal.
Lantaran adanya berbagai desakan yang muncul, Sukarno memutuskan menandatangani surat kewenangan untuk Soeharto. Surat itu yang kemudian dikenal dengan nama Surat Perintah 11 Maret (Supersemar) 1966.
Inilah yang paling ganjil buat saya. Seorang seperti Soekarno, tidak mungkin akan menyerah begitu saja. Satu-satunya alasan yang paling masuk akal adalah kondisi psikis Soekarno yang berada dibawah tekanan, paranoid, tanpa dukungan politik dari siapapun itulah yang menjadikan pendiriannya goyah.
Namun ada juga spekulasi yang mengatakan bahwa sejatinya Supersemar adalah perintah Soekarno yang ditujukan kepada Suhartountuk mengamankan situasi, (karena Ahmad Yani wafat). Namun nyatanya Supersemar dijadikan Surat Perintah untuk mengganti tampuk kekuasaan. Wujud asli Supersemar hingga kini tidak pernah diketahui.
Ini yang menjadikan kecurigaan terhadap Suharto makin besar. Bagaimana mungkin, surat perintah pergantian kekuasaan, justru tidak pernah dilihat rakyatnya sendiri. Lalu diakhiri dengan ditangkapnya si pemberi kuasa, dan dijadikannya sebagai tahanan. Aneh bukan? Itulah saktinya Supersemar. Saktinya Orde baru. Saktinya politik.
Supersemar begitu ghaib. Tidak terlihat, namun bisa dirasakan pengaruhnya.
Soeharto ditetapkan sebagai pejabat presiden pada 12 Maret 1967, setelah pertanggungjawaban Presiden Soekarno (Nawaksara) ditolak MPRS.
MPRS yang awalnya menjadikan Soekarno Presiden Seumur Hidup, kini justru menjatuhkan posisinya.
Sosok sebesar Soekarno kini menjadi tahanan, dari seorang Presiden, ia dijatuhkan sebagai seorang penjahat. Melawan sakit di dalam rumah tahanan. Soekarno, Si Pemberi Kuasa kini begitu lemah, ia dihina oleh negara yang ia bangun sendiri.
Kemudian, Soeharto menjadi presiden sesuai hasil Sidang Umum MPRS (Tap MPRS No XLIV/MPRS/1968) pada 27 Maret 1968. Selain sebagai presiden, ia juga merangkap jabatan sebagai Menteri Pertahanan/Keamanan.
Mulai saat itulah, Suharto menjadi Superhero dalam akhir perjalanan sejarah Orde lama, ia menjadi nahkoda orde baru, hingga 32 tahun lamanya.

KOMENTAR:
SUPER SEMAR. Sebuah misteri yang sangat super, bahkan surat ini memiliki 3 versi dan masing-masing versi ini bahkan masih palsu! Kepala ANRI (Arsip Nasional Republik Indonesia), M Asichin, memastikan ketiga surat itu adalah Supersemar palsu. “Sebab, lazimnya surat kepresidenan, seharusnya kop surat Supersemar berlambang bintang, padi dan kapas. Bukannya Burung Garuda. Apalagi yang polosan seperti yang terakhir,”
Super semar sendiri adalah surat pengamanan negara indonesia yang pada kala itu gempar tentang G30SPKI. Surat ini bukanlah surat yg bersifat transfer of authority Padahal TIDAK! SP Sebelas Maret adalah suatu perintah. SP Sebelas Maret adalah suatu perintah pengamanan. Perintah pengamanan jalannya pemerintahan. Pengamanan jalannya ini pemerintahan. Seperti kukatakan dalam pelantikan kabinet. Kecuali itu juga perintah pengamanan keselamatan pribadi Presiden. Perintah pengamanan wibawa Presiden. Perintah pengamanan ajaran Presiden. Perintah PENGAMANAN beberapa hal. Ada juga konspirasi yg mengatakan penulisan surat ini atas dasar paksaan dari 4 jendral kala itu dan salah satu dari mereka menghunuskan pistol ke dada bung Karno
Hal ini menjadi kemenangan telak bagi amerika. Batu sandungan yang selama ini menghalangin amerika telah roboh. Ya! Bung Karno. Yang dengan lantang mengatakan “go to hell with your aid” kepada amerika. Segala yang berbau kekirian ditinggalkan oleh rakyat karna takut di tuduh PKI segala yang berbau rusia ditinggal kan dan condong ke kanan yang artinya keAmerikan.

Pada zaman orba amerika diizinkan berinsvestasi besar-besaran dengan contohnya freeport. Dan pada jaman soeharto lah hutang indonesia meningkat dengan pesat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar