Selasa, 13 Juni 2017

KELUARNYA INDONESIA DARI PBB




Sejarah mencatat, Indonesia merdeka dari segala bentuk penjajahan tidak terlepas dari peran tangan dingin Soekarno. Selain berwibawa, ia juga sangat tegas. Beliau tidak pandang bulu terhadap siapapun yang mencoba merendahkan martabat negara Indonesia.
Karena saking fenomenalnya beliau, ketika dalam masa kepemimpinannya Indonesia pernah keluar dari keanggotaan PBB, dan menjadi satu-satunya Negara yang pernah keluar dari PBB, sekali lagi itu hanya Indonesia, bayangkan saja ketika beberapa Negara mencoba untuk masuk menjadi anggota PBB dan mendapatkan kesulitan, Indonesia justru keluar dari keanggotaan PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) di New York, USA. Tanggal 20 Januari 1965 Bung Karno menarik bangsa Indonesia dari keanggotaan PBB. Tentunya Soekarno sudah memikirkan matang-matang terkait keputusannya mengundurkan Indonesia dari PBB. Bukan tanpa sebab Indonesia keluar dari PBB, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi keluarnya indonesai dari PBB.
Pada tahun 1965 Indonesia sedang berkonfrontasi dengan pihak Malaya di Kalimantan, konfrontasi ini adalah sebuah perang antara Negara konfederasi Malaysia dan NKRI, pada tahun 1962-1966. Perang ini berawal dari keinginan Federasi malaya lebih dikenali sebagai Persekutuan tanah melayu pada tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi Malaysia yang ditumpangi oleh britania raya yang tidak sesuai dengan Persetujuan Manila oleh karena itu Keinginan tersebut ditentang oleh Presiden Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia yang sekarang dikenal sebagai Malaysia sebagai “boneka Inggris” merupakan kolonialisme dan imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman Perdana Menteri Malaysia saat itu dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap Malaysia pun meledak, Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan demonstrasi anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan nama Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia melalui pidato beliau yang amat bersejarah, berikut ini :
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot Bangsa, sebagai martir Bangsa dan
sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!
Soekarno.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap. Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo) sebagai alternatif. Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh 2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta diliput sekitar 500 wartawan asing.
“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa yang rela menderita demi pembelian cita-cita” (Soekarno)
@kompasiana
PS: adapun post ini tidak bertujuan untuk provokasi. Ambil positif Dan buang negatifnya.

Kolom komentar :
Sedih rasanya dikala dahulu bangsa indonesia sangat amat dipandang dunia dengan segala kehebatannya. Dimana daerah dipinggir perbatasan yg masih terasingkan yang masih berusaha diklaim oleh maleysa. Masih teringat jelas saat kondisi negara bersitegang dengan negara boneka malaysia tentang pulau-pulau yg berusaha mereka klaim. Kepulauan sipadan dan ligitan yang dulunya masuk wilayah indonesia namun berhasil diklaim oleh malaysia yg dengan segala backingannya berhasil memenangkan sidang. Lalu kemudian malaysia mencoba mengklaim blok ambalat yg berada di ujung kalimantan timur serta kepulauan natuna yang berusaha mereka klaim.  Seandainya Indonesia memiliki sosok seperti seorang Bung Karno yang dengan tegas dan segala kepintarannya dalam berpolitik mungkin malaysia tidak akan berani macam-macam dengan indonesia. Namun sekarang pada pemerintah bapak jokowidodo mulai peduli dengan daerah perbatasan, buktinya pemerintah berencana membangun perumahan dan jalan raya di daerah sengketa di Sungai Sumantipal dan Sinapad, Kalimantan Utara, dengan luas 154.000 hektar yang meliputi 28 desa secara hukum merupakan wilayah yang diserahkan Belanda kepada Inggris pada 1930. Malaysia, menurut dia, ingin mengklaim wilayah tersebut bermodalkan kondisi sejarah. Namun fakta di lapangan saat ini, secara hukum wilayah itu masih menjadi sengketa.
Sumber : http://hidden-secret.com/home/sejarah/sejarah-indonesia/keluarnya-indonesia-dari-pbb/


Tidak ada komentar:

Posting Komentar