Sejarah mencatat, Indonesia merdeka dari segala bentuk
penjajahan tidak terlepas dari peran tangan dingin Soekarno. Selain berwibawa,
ia juga sangat tegas. Beliau tidak pandang bulu terhadap siapapun yang mencoba
merendahkan martabat negara Indonesia.
Karena saking fenomenalnya beliau, ketika dalam masa
kepemimpinannya Indonesia pernah keluar dari keanggotaan PBB, dan menjadi
satu-satunya Negara yang pernah keluar dari PBB, sekali lagi itu hanya Indonesia,
bayangkan saja ketika beberapa Negara mencoba untuk masuk menjadi anggota PBB
dan mendapatkan kesulitan, Indonesia justru keluar dari keanggotaan PBB
(Perserikatan Bangsa-Bangsa) di New York, USA. Tanggal 20 Januari 1965 Bung
Karno menarik bangsa Indonesia dari keanggotaan PBB. Tentunya Soekarno sudah memikirkan
matang-matang terkait keputusannya mengundurkan Indonesia dari PBB. Bukan tanpa
sebab Indonesia keluar dari PBB, ada beberapa faktor yang melatarbelakangi
keluarnya indonesai dari PBB.
Pada tahun 1965 Indonesia sedang berkonfrontasi dengan pihak
Malaya di Kalimantan, konfrontasi ini adalah sebuah perang antara Negara
konfederasi Malaysia dan NKRI, pada tahun 1962-1966. Perang ini berawal dari
keinginan Federasi malaya lebih dikenali sebagai Persekutuan tanah melayu pada
tahun 1961 untuk menggabungkan Brunei, Sabah dan Sarawak kedalam Federasi
Malaysia yang ditumpangi oleh britania raya yang tidak sesuai dengan
Persetujuan Manila oleh karena itu Keinginan tersebut ditentang oleh Presiden
Soekarno yang menganggap pembentukan Federasi Malaysia yang sekarang dikenal
sebagai Malaysia sebagai “boneka Inggris” merupakan kolonialisme dan
imperialisme dalam bentuk baru serta dukungan terhadap berbagai gangguan
keamanan dalam negeri dan pemberontakan di Indonesia.
Sejak demonstrasi anti-Indonesia di Kuala Lumpur, ketika para
demonstran menyerbu gedung KBRI, merobek-robek foto Soekarno, membawa lambang
negara Garuda Pancasila ke hadapan Tunku Abdul Rahman Perdana Menteri Malaysia
saat itu dan memaksanya untuk menginjak Garuda, amarah Soekarno terhadap
Malaysia pun meledak, Soekarno yang murka karena hal itu mengutuk tindakan
demonstrasi anti-Indonesian yang menginjak-injak lambang negara Indonesia dan
ingin melakukan balas dendam dengan melancarkan gerakan yang terkenal dengan
nama Ganyang Malaysia. Soekarno memproklamirkan gerakan Ganyang Malaysia
melalui pidato beliau yang amat bersejarah, berikut ini :
Kalau kita lapar itu biasa
Kalau kita malu itu juga biasa
Namun kalau kita lapar atau malu itu karena Malaysia, kurang
ajar!
Kerahkan pasukan ke Kalimantan hajar cecunguk Malayan itu!
Pukul dan sikat jangan sampai tanah dan udara kita
diinjak-injak oleh Malaysian keparat itu
Doakan aku, aku kan berangkat ke medan juang sebagai patriot
Bangsa, sebagai martir Bangsa dan
sebagai peluru Bangsa yang tak mau diinjak-injak harga
dirinya.
Serukan serukan keseluruh pelosok negeri bahwa kita akan
bersatu untuk melawan kehinaan ini kita akan membalas perlakuan ini dan kita
tunjukkan bahwa kita masih memiliki Gigi yang kuat dan kita juga masih memiliki
martabat.
Yoo…ayoo… kita… Ganjang…
Ganjang… Malaysia
Ganjang… Malaysia
Bulatkan tekad
Semangat kita badja
Peluru kita banjak
Njawa kita banjak
Bila perlu satoe-satoe!
Soekarno.
Ketika PBB menerima Malaysia sebagai anggota tidak tetap.
Sukarno menarik Indonesia dari PBB pada tanggal 20 Januari 1965 dan mencoba
membentuk Konferensi Kekuatan Baru (Conference of New Emerging Forces, Conefo)
sebagai alternatif. Sebagai tandingan Olimpiade, Soekarno bahkan
menyelenggarakan GANEFO (Games of the New Emerging Forces) yang diselenggarakan
di Senayan, Jakarta pada 10-22 November 1963. Pesta olahraga ini diikuti oleh
2.250 atlet dari 48 negara di Asia, Afrika, Eropa dan Amerika Selatan, serta
diliput sekitar 500 wartawan asing.
“Kami menggoyangkan langit, menggempakan darat, dan
menggelorakan samudera agar tidak jadi bangsa yang hidup hanya dari 2 ½ sen
sehari. Bangsa yang kerja keras, bukan bangsa tempe, bukan bangsa kuli. Bangsa
yang rela menderita demi pembelian cita-cita” (Soekarno)
@kompasiana
PS: adapun post ini tidak bertujuan untuk provokasi. Ambil
positif Dan buang negatifnya.
Kolom komentar :
Sedih rasanya dikala dahulu bangsa indonesia sangat amat
dipandang dunia dengan segala kehebatannya. Dimana daerah dipinggir perbatasan
yg masih terasingkan yang masih berusaha diklaim oleh maleysa. Masih teringat
jelas saat kondisi negara bersitegang dengan negara boneka malaysia tentang
pulau-pulau yg berusaha mereka klaim. Kepulauan sipadan dan ligitan yang
dulunya masuk wilayah indonesia namun berhasil diklaim oleh malaysia yg dengan
segala backingannya berhasil memenangkan sidang. Lalu kemudian malaysia mencoba
mengklaim blok ambalat yg berada di ujung kalimantan timur serta kepulauan
natuna yang berusaha mereka klaim. Seandainya
Indonesia memiliki sosok seperti seorang Bung Karno yang dengan tegas dan
segala kepintarannya dalam berpolitik mungkin malaysia tidak akan berani
macam-macam dengan indonesia. Namun sekarang pada pemerintah bapak jokowidodo
mulai peduli dengan daerah perbatasan, buktinya pemerintah berencana membangun
perumahan dan jalan raya di daerah sengketa di Sungai Sumantipal dan Sinapad,
Kalimantan Utara, dengan luas 154.000 hektar yang meliputi 28 desa secara hukum
merupakan wilayah yang diserahkan Belanda kepada Inggris pada 1930. Malaysia,
menurut dia, ingin mengklaim wilayah tersebut bermodalkan kondisi sejarah.
Namun fakta di lapangan saat ini, secara hukum wilayah itu masih menjadi
sengketa.
Sumber : http://hidden-secret.com/home/sejarah/sejarah-indonesia/keluarnya-indonesia-dari-pbb/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar